Sebagai seorang stand up comedian Muhadkly
Acho memang terkenal menghibur, tidak kalah dengan sosok Pandji maupun Raditya
Dika. Tapi apa Pandji dan Raditya Dika bisa membuat sajak singkat seperti :
“Mozaik di matamu, keping-keping mimpi yang
membentuk sebuah harapan, aku menyebutnya kehidupan”
“Matamu pandai menulis isyarat, sebuah rahasia
yang kuterjemahkan setiap hari”
Atau mungkin sajak favorit saya
“lalu menari lah bersama cinta, bersama luka
dan hal-hal yang membuat kita terjaga”
Untuk penikmat kata-kata seperti saya sudah
pasti saya mengaggumi bang Acho :) bukan cuma saya, ribuan followersnya pasti
seperti itu. Tapi darimana dia bisa begitu mendalami sajaknya? Untuk siapa?
Bukankah selama ini dia terkenal dengan hubungannya dengan tiang listrik saja,
seperti Raditya Dika yang terkenal dengan hubungannya bersama kasurnya? :p
Adalah untuk seorang Rosfika Nursiandiny,
istri tercinta yang dia nikahi 3 tahun lalu tepatnya “5 Desember 2009” dan
mungkin akan tetap dia nikahi sepanjang hidupnya. Untuk yang belum begitu tau
mungkin akan bilang “ah itu sih wajar, namanya juga istrinya”. Namun bagaimana
kalau ternyata sosok Fika sudah tidak ada? Fika telah berpulang 2 tahun lalu,
di saat keduanya belum genap setahun menikmati rumah tangga yang mereka
impikan, Fika pergi hanya berselang 10 hari dari hari ulang tahunnya.
Kepergian Fika tidak membuat bang Acho
berhenti mencintainya, itu bahkan membuat bang Acho lebih merasa bahwa Fika
adalah segala sesuatu dari sumber kebahagian yang ia impikan. Bang Acho pun menciptakan
ruang tempat ia mengumpulkan remah-remah rindunya untuk Almarhummah istrinya di
website wordpress yang berTittle “Satu Momen” (sebuah persinggahan menuju momen
berikutnya). Ya, itulah salah satu tempat hebat yang selalu berhasil membuat
saya berdecak kagum atau bahkan meneteskan haru. Sudahlah, jangan lempari saya
dengan sebutan lebay kalau kalian belum menikmati tulisannya. Rasanya ingin
saya menulis ulang apa yang ada di wordpress nya, tapi lebih baik kalian saja
yang mengintipnya :’) Satu Momen siapkan tissue atau pundak seseorang yang kalian sayang
jangan lupa, siapa tau kalian menangis, dan siapa tau setelah membacanya kalian
ingin langsung memeluk mereka sebelum kehilangan momen itu.
Hmm.. saya sudah mulai bingung mau menulis apa
tentang bang Acho ini, karena untuk saya sosok bang Acho adalah sosok suami
impian. Kalau begitu lebih baik saya kutip saja sajak-sajak singkat yang ia
berikan untuk Fika :)
“Jika cinta adalah perjalanan, maka aku sedang
menempuh perjalanan terjauh, menuju dirimu.”
“Tak ada yang beda dari setiap peristiwa,
hanya kau yang tak ada.”
“Ketika hidup hanyalah kerikil-kerikil kecil,
yang terpental disepanjang laju kereta Jakarta-Surabaya. Dan kau? Masih saja
mempesona.”
“Cinta adalah sajak Cuma-Cuma, bermuara pada
setiap kehilangan.”
“Rindu bisa saja muncul dan tenggelam, tapi
cinta, selalu menempati ruang yang sama.”
“Teruslah menatap mataku, karna dari sana aku
telah melihat dunia, yang sebenarnya.”
“Bagaimana mungkin aku berhenti berdebar,
sementara kepalaku merekam utuh setiap renyai tawamu.”
“Pada akhirnya, kau akan selalu kutemukan di
tempat tersunyi dalam diriku.”
“Kau adalah sesuatu yang sering ku lihat dengan mata berkabut.”
“Kaulah momen itu, debar di rahim senja
melahirkan kecupan-kecupan hampa.”
Yak cukup, daripada nantinya ada air mata (saya)
berjatuhan kan. :’D
Di antara kata-kata yang bang Acho tulis untuk
Fika, ada 1 yang mungkin paling membuat kita akan mengingat syukur di sebuah
perpisahan.
“Hidup ga kejam2 amat, buktinya kt pernah
bersama kan?”
Hehe.. bukan sajak memang, tapi cukup ampuh.
Sekian review tentang bang Acho, maaf kalau tulisannya jelek, namanya juga
bukan penulis, semoga masih bisa di nikmati. :D
Tertanda
#ACHONIA
cemunguuhhhhhddd... blognya bagus cekali kakaaaa :p
ReplyDeletehahaha telima kacih kakaaaaa
ReplyDeleteajarin bagusin blog dong kakaaaa :D